Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan pada awal pertemuan di Helsinki, Finlandia, 16 Juli 2018. (Foto: Pablo Martinez Monsivais/AP Photo).
JRMEDIA.ID —  Dalam beberapa minggu terakhir, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengubah dinamika global dengan merusak NATO, yang telah menjadi pilar hubungan antara Amerika Serikat dan Eropa sejak 1949. Tindakan Trump yang berfokus pada tidak mendukung sekutu-sekutu AS dalam pertahanan Ukraina telah menambah ketegangan internasional.
Di tengah agresi Rusia terhadap Ukraina, AS kini memilih untuk mundur dan menyetujui syarat-syarat Moskow, yang menyebabkan keretakan dalam hubungan transatlantik. Trump melihat solidaritas ini tidak lagi relevan dengan kepentingan strategis Amerika, dengan prioritas yang kini lebih berfokus pada normalisasi hubungan dengan Rusia di bawah Vladimir Putin, bukan pada nasib Ukraina.
Dilansir dari www.lemonde.fr pada 15 Maret 2025, selama lebih dari 75 tahun, hubungan antara Amerika Serikat dan Eropa didasarkan pada persahabatan yang kuat dan kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan. Kedua belah pihak berbagi identitas sebagai negara-negara demokrasi liberal, dengan hubungan yang erat dalam perdagangan dan ekonomi. Namun, semua ini kini terancam hilang akibat kebijakan yang diambil oleh Trump.
Tidak ada lagi rasa persahabatan yang mengikat keduanya, dan tidak ada moralitas dalam kesepakatan dengan Kremlin. Dalam hal ini, Trump tampaknya melupakan apa yang telah dibangun selama beberapa dekade dan menggantinya dengan kebijakan yang lebih berorientasi pada keuntungan pragmatis. Langkah ini juga diperkirakan akan mengarah pada kesepakatan serupa dengan China di bawah kepemimpinan Xi Jinping.
AS tidak perlu membubarkan NATO secara formal untuk menurunkan posisinya di aliansi ini. Walaupun tidak membicarakan penutupan pangkalan-pangkalan militer AS di Eropa, Trump mengajukan permintaan agar Eropa meningkatkan kontribusinya terhadap pendanaan NATO. Dalam beberapa tahun mendatang, AS kemungkinan akan mengurangi jumlah pasukan militer yang ditempatkan di Eropa, meskipun jumlah pasukan AS di Eropa telah meningkat secara signifikan, dari 30.000 pada tahun 2014 menjadi lebih dari 80.000 saat ini.
Namun, tindakan Trump yang melucuti kekuatan politik NATO membuat aliansi pertahanan kolektif ini semakin rapuh. Keandalan yang menjadi fondasi dari NATO kini terganggu, dan sekutu-sekutu AS merasa bahwa keamanannya tergantung pada situasi di Ukraina, yang bukan anggota NATO.
Bagi negara-negara Baltik, Eropa Tengah dan Timur, serta negara-negara Skandinavia, ketegangan ini semakin nyata. Mereka menyaksikan bagaimana Rusia melanggar perjanjian yang telah ditandatangani untuk menjamin integritas perbatasan Eropa. Mereka mendengarkan dengan serius klaim Putin yang menyatakan bahwa Ukraina tidak ada, serta merusak ambisi pro-Eropa Georgia dan mengancam Moldova.
Mereka meyakini bahwa ekspansionisme Rusia tidak akan berhenti di Donbas dan Krimea, dan sekarang, dengan dukungan dari Trump, langkah ini semakin memperburuk keadaan. Eropa Khawatir Amerika Serikat dan Rusia bersekutu untuk menaklukan Eropa.
Kekhawatiran ini diperparah dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang beberapa waktu lalu menegaskan kembali keinginannya untuk mencaplok wilayah otonom Greenland dari Denmark demi kepentingan “keamanan internasional.” Meski Kebijakan Ekspansionis tersebut melanggar Kedaulatan Denmark sebagai Negara Eropa.
Langkah-langkah yang diambil oleh Trump bisa jadi merusak stabilitas dunia, membawa perubahan yang tidak hanya berpengaruh pada hubungan transatlantik tetapi juga pada tatanan dunia secara keseluruhan. Saat ini, hubungan antara AS dan sekutunya di Eropa berada di titik krisis, dan hal ini memungkinkan negara-negara seperti Rusia dan China untuk memperkuat hubungan mereka.
Dilansir dari antaranews.com, Presiden Rusia Vladimir Putin mendukung posisi Presiden AS Donald Trump terkait penyelesaian konflik Ukraina, meskipun ada kekhawatiran mengenai isu-isu yang belum terselesaikan, menurut juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Jumat (14/3). Peskov menyebutkan bahwa meski banyak hal yang perlu dilakukan, Putin tetap menunjukkan solidaritas terhadap sikap Trump dan menyatakan ada “optimisme hati-hati” terkait penyelesaian konflik.
Peskov juga mengonfirmasi bahwa Putin telah berbicara dengan utusan khusus AS Steve Witkoff pada Kamis (13/3). Setelah Witkoff menyampaikan rincian dari Trump, waktu percakapan lebih lanjut antara kedua presiden bisa ditentukan. Putin sebelumnya mengatakan Rusia mendukung rencana gencatan senjata 30 hari yang diusulkan oleh AS dan Ukraina, meskipun terdapat perbedaan kecil. Trump juga mengungkapkan melihat “sinyal yang baik” menuju finalisasi kesepakatan tersebut.
Tatanan dunia yang telah terbentuk selama lebih dari tujuh dekade kini tampaknya berada dalam ancaman perubahan besar, dengan dampak yang belum sepenuhnya bisa diprediksi. Trump, dengan kebijakan luar negeri yang radikal, telah membuka jalan bagi kerjasama yang lebih erat antara Putin dan Xi, yang dapat mengubah lanskap geopolitik global dalam jangka panjang.
(dmr)
Komentar