Oleh Muhamad Rubiul Yatim *)
Lidah tak bertulang adalah suatu ungkapan atau istilah yang sering didengar dalam konteks penggambaran orang yang suka berbohong, membual, mengumbar janji, dan berkata tanpa penuh tanggung jawab. Istilah ini berkorelasi kuat dengan kebiasaan seseorang yang suka “memberi angin surga” melalui perkataannya yang manis dan penuh retorika, namun sejatinya hanyalah penuh kedustaan.
Lidah tak bertulang sejatinya menjadi momok negatif di tengah kehidupan masyarakat karena dampak sosial, ekonomi dan psikologis yang diakibatkan olehnya. Keributan, kerusuhan, perpecahan, penjarahan dan bahkan peperangan dapat terjadi akibat ulah lidah tak bertulang ini. Jadi semakin tinggi jabatan dan kekuasaan pelakunya, maka akan semakin besar pula dampak buruk yang akan ditimbulkan oleh kebohongannya.
Perilaku lidah tak bertulang umumnya banyak tersebar di kalangan para politisi yang menjadi penguasa, pejabat, kepala daerah, anggota dewan, dan birokrat. Namun kalangan lain dari berbagai profesi seperti: pedagang/pebisnis, hakim, pengacara, pengajar, wartawan, polisi dan TNI, dokter, dan lainnya, juga berpeluang besar memiliki lidah tak bertulang ketika memang aslinya orang tersebut memiliki karakter tidak amanah, curang, dan culas.
Di dalam Al-Quran, Allah SWT menyampaikan bahwa manusia itu hendaknya selalu hati-hati dan waspada atas perilaku dan kebiasaan lidah tak bertulang. Oleh karena semua ucapan dan perkataan yang keluar dari mulutnya itu akan dicatat oleh dua malaikat untuk dihisab di Padang Mahsyar.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
{ إِذۡ یَتَلَقَّى ٱلۡمُتَلَقِّیَانِ عَنِ ٱلۡیَمِینِ وَعَنِ ٱلشِّمَالِ قَعِیدࣱ }
{ مَّا یَلۡفِظُ مِن قَوۡلٍ إِلَّا لَدَیۡهِ رَقِیبٌ عَتِیدࣱ }
Artinya: “(Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat amal (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tidak ada suatu kata yang diucapkan pun melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS Qaf ayat 17-18)
Dalam ayat tersebut, semua perbuatan dan perkataan manusia baik yang negatif maupun yang positif akan selalu dicatat oleh malaikat pencatat amal dan perkataan, yaitu malaikat Raqib dan malaikat Atid. Kedua malaikat itu tidak akan pernah lalai sedetikpun atas apa yang diperbuat dan dikatakan oleh lisan manusia terlebih ketika dampaknya akan berpengaruh besar bagi kehidupan masyarakat.
Kelak semua rekapan hasil pencatatannya akan dilaporkan dan menjadi bahan pertimbangan serta dasar penilaian dari Sang Pemilik Alam Semesta; Allah Azza wa Jalla. Hasil akhirnya tentu akan mendapatkan balasan dan ganjaran yang kekal abadi, yaitu entah di dalam surga ataupun di dalam neraka.
Itulah sebabnya setiap kita harus memperhatikan dan mewaspadai secara serius lidahnya masing-masing. Oleh karena dampak baik dan buruknya akan diterima secara kontan kelak di akhirat.
Islam mengajarkan, apabila seseorang tidak dapat berkata yang baik dan benar apalagi sampai menyakiti orang lain, maka akan jauh lebih baik dan aman bagi dirinya untuk memilih dan mengambil sikap diam. Perilaku ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
Artinya: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (HR Bukhari dan Muslim).
Hal tersebut senada dengan arahan dari Allah SWT di dalam firman-Nya:
{ وَقُل لِّعِبَادِی یَقُولُوا۟ ٱلَّتِی هِیَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ ٱلشَّیۡطَـٰنَ یَنزَغُ بَیۡنَهُمۡۚ إِنَّ ٱلشَّیۡطَـٰنَ كَانَ لِلۡإِنسَـٰنِ عَدُوࣰّا مُّبِینࣰا }
Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sungguh, setan itu (selalu) menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sungguh, setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS Al Isra ayat 53)
Allah SWT mengingatkan di dalam ayat tersebut bahwa apabila perkataan yang keluar dari lisan manusia itu merupakan sesuatu yang tidak baik dan tidak benar sebagai hasil dari lidah tak bertulangnya, maka tentu akan digunakan oleh setan sebagai wasilah (sarana) untuk terjadinya perselisihan antar manusia.
Apabila pertengkaran dan perselisihan itu terjadi secara masif dan simultan, maka akan berpeluang semakin besar kejahatannya hingga terjadilah pengrusakan, penjarahan, hingga pembunuhan dan pembantaian. Itu semua tentu akan membuat setan senang dan bahagia karena kelak akan semakin banyak followernya yang menemaninya masuk ke dalam neraka.
Oleh karena itu wahai saudaraku, latih dan paksakanlah mulai saat ini untuk selalu menjaga lisan dan ucapan. Oleh karena sungguh perilaku lidah tak bertulang akan membawa dampak buruk yang besar dan akan menyengsarakan bagi para pencintanya.
Kelak di padang mahsyar para perilaku lidah tak bertulang tidak akan dapat beraksi di hadapan Allah Azza wa Jalla untuk berargumentasi dengan seribu bualannya. Oleh karena mulut tempat lidah tak bertulangnya berada akan dikunci sehingga tidak ada lagi kedustaan yang keluar dari lisannya.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
{ ٱلۡیَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلَىٰۤ أَفۡوَ ٰهِهِمۡ وَتُكَلِّمُنَاۤ أَیۡدِیهِمۡ وَتَشۡهَدُ أَرۡجُلُهُم بِمَا كَانُوا۟ یَكۡسِبُونَ }
Artinya: “Pada hari ini Kami tutup muluṭ mereka; dan tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS Yasin ayat 65)
Semoga diri kita dan para pemimpin bangsa ini di semua levelnya jauh dari perilaku lidah tak bertulang. Hanya kepada Allah SWT kita memohon dan berharap pada perlindungan-Nya yang sempurna.
Jakarta, 4 September 2025
*) Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Pancasila Jakarta dan Anggota Korps Mubaligh Khairu Ummah.
Komentar