JRMEDIA.ID — Film adaptasi Look Back yang diproduksi oleh Studio Durian, berdasarkan manga one-shot karya Tatsuki Fujimoto—pencipta Chainsaw Man—menjadi salah satu karya animasi yang sangat menyentuh hati dalam beberapa tahun terakhir. Keberhasilan film ini, baik di Jepang maupun Amerika Utara, serta banyaknya penghargaan yang diterima, menunjukkan betapa besar dedikasi para pembuatnya dalam menghadirkan karya seni berkualitas tinggi.
Look Back adalah film anime layar lebar yang mengisahkan perjalanan emosional dua mangaka muda, Ayumu Fujino dan Kyomoto, yang saling mendukung dan bersaing dalam mengejar mimpi mereka. Kisah ini menggambarkan bagaimana seni menjadi jembatan untuk membangun persahabatan dan menghadapi tantangan kehidupan.
Dalam acara Anime Central 2025, Studio Durian dan sutradara Kiyotaka Oshiyama hadir sebagai tamu utama, berbagi cerita tentang perjalanan kariernya sebagai animator dan pengalaman mendirikan studio pada tahun 2017.
Dilansir dari Anime News Network, Oshiyama juga mengungkap rencana ambisius studio untuk mengembangkan film pendek populer mereka, Shiagari, menjadi film panjang.—Pengalaman dan Filosofi di Balik Look Back Dalam wawancara dengan Anime News Network, Oshiyama membahas pengalaman selama pengerjaan Look Back, pandangannya tentang adaptasi anime, serta dampak AI terhadap seni tradisional.
Adegan klimaks dalam film, di mana tokoh Fujino meninggalkan kamar sahabatnya yang sudah tiada, menjadi momen yang sangat berkesan bagi Oshiyama. Ia melihat adegan ini sebagai simbol keberanian untuk terus maju meski menghadapi kehilangan, yang ia bandingkan dengan pesan penting dalam film klasik The Shawshank Redemption.
Menjaga Keaslian Manga dalam Adaptasi AnimasiGaya visual Look Back yang ekspresif dan penuh detail menjadi fokus utama Studio Durian. Oshiyama menegaskan bahwa mereka berusaha menerjemahkan setiap detail karya asli Fujimoto ke dalam film tanpa menghilangkan ciri khas gambar tangan dari manga tersebut.
Mengenai perdebatan tentang adaptasi anime, apakah harus setia 100% pada sumber atau memberikan interpretasi baru, Oshiyama memilih pendekatan yang lebih bebas. Ia percaya bahwa manga dan anime adalah medium berbeda, dan animasi harus memanfaatkan kekuatan mediumnya untuk menyampaikan cerita dengan cara unik yang tak bisa dicapai manga.
Dengan semakin populernya karya seni yang dibuat oleh AI, Oshiyama memandang perkembangan teknologi ini seperti munculnya mesin cuci yang menggantikan metode lama mencuci manual.
Meski teknologi dapat menggantikan beberapa pekerjaan kreatif, ia juga melihat AI sebagai alat yang memungkinkan lebih banyak orang mengekspresikan kreativitas mereka.Namun, ia menolak keras praktik penggunaan AI secara ilegal, seperti meniru suara aktor atau gaya animasi terkenal untuk keuntungan tanpa izin. Menurutnya, hal tersebut merupakan penyalahgunaan teknologi dan harus dihentikan.
Proyek Panjang Shishigari dan masa depan Studio Durian Shishigari awalnya dibuat sebagai film pendek untuk menguji potensi pembuatan film panjang. Meski proyek ini diumumkan lima tahun lalu, pembuatannya sempat tertunda karena sulitnya mencari mitra produksi yang sejalan. Kini Studio Durian memutuskan untuk mengelola proyek ini secara mandiri sambil menunggu kesempatan yang tepat untuk melanjutkan.
Oshiyama menambahkan bahwa walaupun studio tidak menutup kemungkinan untuk mengadaptasi karya lain, saat ini mereka lebih memprioritaskan pembuatan karya orisinal.—Melalui Look Back, Studio Durian menunjukkan komitmennya untuk terus menciptakan animasi berkualitas tinggi yang memadukan seni tradisional dan inovasi teknologi.
(dmr)
Komentar