JRMEDIA.ID — Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) Republik Indonesia (RI) menyelenggarakan Diskusi Publik Draf Penulisan Buku Sejarah Indonesia, bertempat di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, Jumat (25/7/2025). Diskusi ini untuk membuka ruang partisipasi publik dalam memberikan saran serta masukan.
Agenda diskusi meliputi pemaparan penjelasan umum mengenai proses penulisan Buku Sejarah Indonesia oleh tiga Editor Umum penulisan: Prof. Dr. Susanto Zuhdi., M.Hum.; Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, M.Hum.; dan Prof. Jajat Burhanudin, M.A..
Selain itu juga dijabarkan isi sepuluh jilid utama oleh para Editor Jilid di antaranya: Prof. Dr. R. Cecep Eka Permana, M.Si.; Dr. Ninie Susanti Tejowasono, M.Hum.; Zacky Khairul Umam, Ph.D; Prof. Dr. Agus Suwignyo, M.A.; Prof. Dr. Phil. Gusti Asnan, M.Hum.; Prof. Nawiyanto, M.A., Ph.D.; Nur Aini Setiawati, Ph.D.; Dr, Didik Pradjoko, M.Hum.; dan Dr. Amurwani Dwi Lestariningsih, M.Hum.
Secara keseluruhan, buku ini terdiri dari sepuluh jilid dan setiap jilid dirancang secara tematik dan kronologis untuk menyajikan lintasan panjang sejarah Indonesia sebagai sebuah entitas geografis, sosial, dan kultural yang dinamis. Gambaran tiap-tiap jilid buku tersebut adalah:
Jilid 1 berjudul “Akar Peradaban Nusantara”, menyajikan fondasi ekologis, antropologis, dan kultural dari sejarah panjang kawasan Nusantara sebelum terjadinya perjumpaan budaya (cultural encounter) dengan pusat peradaban dunia.
Jilid 2 berjudul “Nusantara dalam Jaringan Global: India, Tiongkok dan Persia”, pembahasan jilid ini difokuskan pada penciptaan peradaban yang berlangsung seiring dengan persilangan budaya dengan pusat-pusat peradaban tersebut. Dalam hal ini, Hindu-Budha menjadi agama dominan, dan sekaligus tampil dengan pranata peradaban semisal aksara, penanggalan, konsep kekuasaan dan nilai-nilai religius yang terinternalisasi dalam struktur pemerintahan kerajaan-kerajaan berbasis agama tersebut.
Jilid 3 berjudul “Nusantara Dalam Jaringan Global: Asia Barat”, sebagai ekstensi dari proses historis serupa yang dibahas jilid sebelumnya. Jaringan perdagangan maritim berperan sangat sentral, yang membawa kepulauan Nusantara sejak abad ke-7 menjadi simpul utama dalam arus perpindahan orang dan barang (khususnya rempah-rempah) dari Timur Tengah ke “negeri di bawah angin” dan sebaliknya dengan melintasi Samudra Hindia.
Jilid 4 berjudul “Interaksi Awal dengan Barat: Kompetisi dan Aliansi”. Jilid ini menarasikan awal interaksi Nusantara dengan dunia Barat yang ditandai masuknya Eropa ke dalam jaringan perdagangan di Nusantara, mulai dari Portugis dan Spanyol, disusul Belanda yang sejak 1602 hadir sebagai maskapai dagang VOC, dan bangsa-bangsa Barat lain.
Jilid 5 berjudul “Masyarakat Indonesia dan Terbentuknya Negara Kolonial”, di mana pemerintah Belanda hadir dengan perangkat kekuasaan penuh sebagai negara kolonial berikut imajinasi kesatuan wilayah Hindia Belanda.
Jilid 6 berjudul “Pergerakan Kebangsaan”, mereka yang disebut kaum intelegensia bangkit dengan kesadaran baru kebangsaan di tengah pertumbuhan kota kolonial, kemajuan pendidikan, dan meluasnya media massa. Beragam organisasi pergerakan, baik berbasis ideologi, agama dan etnis, maupun pemuda dan perempuan, tumbuh dan berkembang, menyuarakan aspirasi kemerdekaan
dan keadilan.
Jilid 7 berjudul “Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan”. Masa ini adalah fase krusial perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dari 1945 hingga akhir 1949 melalui jalur diplomasi, pertempuran bersenjata, dan konsolidasi pemerintahan.
Jilid 8 berjudul “Konsolidasi Negara Bangsa: Konflik, Integrasi, dan Kepemimpinan Internasional, 1950–1965”. Bagian ini mengkaji konsolidasi negara-bangsa Indonesia pasca-perang kemerdekaan, suatu periode penting yang ditandai oleh pergulatan untuk membangun tata negara merdeka di tengah dinamika internal dan geopolitik global yang berubah.
Jilid 9 berjudul “Pembangunan dan Stabilitas Nasional Era Orde Baru 1967-1998”. Jilid ini membahas era kepemimpinan Presiden Suharto yang menamainya sebagai pemerintahan Orde Baru, periode konsolidasi kekuasaan negara yang ditandai pembangunan ekonomi, modernisasi kelembagaan, dan stabilitas politik.
Jilid 10 berjudul “Dari Reformasi ke Konsolidasi Demokrasi, 1998- 2024”, membahas masa reformasi Indonesia pasca-1998 menyusul berakhirnya pemerintahan Orde Baru, yang ditandai bergulirnya demokratisasi dan desentralisasi kekuasaan. Periode ini memuat dinamika reformasi politik, konsolidasi demokrasi, perubahan konstitusi, pemilu multipartai, serta penguatan peran masyarakat sipil.
Dalam diskusi ini, para peserta yang berasal dari berbagai latar belakang profesi dan mewakili komunitas sejarah dan budaya berkesempatan memberikan pertanyaan, masukan, hingga saran terkait dengan penulisan sejarah.
Asep Kambali, mewakili Komunitas Historia Indonesia, mengutarakan harapannya bahwa dalam penulisan sejarah ini dapat dilakukan sebuah penelitian terhadap arsip-arsip lama sejarah Indonesia. Ia juga berharap adanya observasi di lapangan terkait situs-situs bersejarah yang mungkin sudah hilang dan tidak terdata secara lengkap.
Asep berujar kedua hal tersebut sangat penting dilakukan dalam proses penulisan sejarah ini. Namun di samping hal tersebut, Asep mengapresiasi dan menyambut positif penulisan sejarah Indonesia yang diampu oleh Kementerian Kebudayaan. Ia menilai upaya ini dilakukan semata-mata demi kepentingan serta kemajuan bangsa dan negara.
Eva Riana, Mahasiswi S3 Ilmu Sejarah Universitas Indonesia (UI) yang juga seorang Pengkaji Sejarah Perdagangan Lada Pantai Barat Sumatera mengungkapkan harapannya agar dapat dilakukan penulisan yang lebih rinci dan mendalam terkait sejarah bangsa, terkhusus mengenai VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) serta EIC (East India Company) di mana keduanya merupakan dua kongsi dagang besar dari Belanda dan Inggris yang memperebutkan hegemoni perdagangan di wilayah Asia, khususnya Indonesia. Ia berharap bagian sejarah ini mendapatkan porsi yang cukup besar di dalam penulisan sejarah yang sedang berlangsung.
Melalui diskusi ini, saran dan masukan para peserta telah ditangkap oleh para penulis guna menjadi bahan diskusi penyempurnaan penulisan Buku Sejarah Indonesia selanjutnya. Kementerian Kebudayaan berkomitmen untuk membuka keterlibatan masyarakat dalam penulisan buku ini. Sebagaimana harapan Menteri Kebudyaan (Menbud) Fadli Zon akan diskusi publik ini.
“Para penulis dan editor dalam proyek ini adalah maestro di bidangnya masing-masing. Kita berharap dari forum ini muncul banyak masukan, dan dari sini kita bisa terus mengembangkan penulisan sejarah Indonesia ke depannya,” pungkas Menbud Fadli Zon.
(***)
Komentar