Menteri Kebudayaan Sayangkan Banyak yang tak Tahu Indonesia Berasal dari Peradaban Tua
Menteri Kebudayaan (Menbud) RI, Fadli Zon (tengah), bersama para peserta Kongres dan Seminar Nasional dengan tema “Sumbangan Arkeologi untuk Mengukuhkan Indonesia Sebagai Pusat Peradaban” di Ballroom Sahid Hotel & Convention Yogyakarta, Senin (3/2/2025). (Foto: Humas Kementerian Kebudayaan)
YOGYAKARTA — Menteri Kebudayaan (Menbud) RI, Fadli Zon, menyatakan, banyak generasi muda, termasuk masyarakat umum yang tidak mengetahui bahwa Indonesia sebenarnya berasal dari peradaban yang tua. Menurutnya, karena penjajahan selama kurang lebih 350 tahun, muncul-lah kepribadian yang minder, dan tidak memiliki rasa percaya diri yang kuat.
“Ini yang saya kira ingin kita coba untuk reintroduce kembali, bagaimana ke depan kita membangun sebuah mindset baru. Bahwa Indonesia ini megadiversity, bukan lagi diversity. Ini bisa menjadi bagian, yang bisa membentuk satu character building di dalam upaya kita ke depan,” ujar Menteri Fadli saat memberikan sambutan pada Kongres dan Seminar Nasional dengan tema “Sumbangan Arkeologi untuk Mengukuhkan Indonesia Sebagai Pusat Peradaban” di Ballroom Sahid Hotel & Convention Yogyakarta, Senin (3/2/2025).
Menteri Fadli turut menyebutkan rendahnya jumlah Cagar Budaya Nasional (CBN) Indonesia, yakni 228 cagar budaya, dibandingkan dengan objek yang diduga sebagai cagar budaya yakni 48.731 objek. Kemudian di berbagai tempat yang menurutnya secara kasat mata, tanpa perlu penelitian telah diketahui sebenarnya sudah sangat pantas menjadi CBN, tapi belum menjadi CBN karena terkendala oleh hal-hal yang sifatnya administratif.
“Mungkin ke depan bersama Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI), kita bisa merumuskan bagaimana kebutuhan SDM yang terkait dengan tenaga ahli cagar budaya, baik itu di provinsi, di kabupaten, kota, bisa kita sinergikan, kita kolaborasikan. Karena saya kira pada setiap level itu memang membutuhkan ahli-ahli arkeologi, yang memahami urusan cagar budaya di daerah masing-masing,” ucap Menteri Fadli.
Selanjutnya Menbud RI menyampaikan bahwa ke depannya Kementerian Kebudayaan berharap dukungan dari para arkeolog terkait dengan upaya-upaya Kemenbud untuk melakukan repatriasi terhadap benda-benda warisan budaya yang ada di luar negeri, pendataan dan memverifikasi, serta menarasikan kembali seluruh koleksi di Museum Nasional Indonesia, serta di samping menemukan situs-situ yang baru, juga me-reaktivasi atau meneliti kembali yang belum selesai.
Pada tanggal 3 Februari sampai 5 Februari 2025, Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) menyelenggarakan Kongres dan Seminar Nasional dengan tema “Sumbangan Arkeologi untuk Mengukuhkan Indonesia Sebagai Pusat Peradaban.” Kegiatan besar ini dihelat di Ballroom Sahid Hotel & Convention Yogyakarta.
Kongres dan Seminar Nasional Arkeologi 2025 kali ini diselenggarakan secara hibrida (luring dan daring) dengan tujuan agar seluruh anggota IAAI yang tersebar di seluruh Indonesia dapat tetap mengikuti perhelatan ini walaupun tidak dapat hadir secara langsung di Yogyakarta. Sejumlah 284 peserta yang terdiri atas para arkeolog anggota IAAI dari 10 Komisariat Daerah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, tercatat menghadiri kegiatan ini.
Menteri Fadli menyatakan kegiatan ini sangat penting dengan tema yang juga sangat penting. Menurutnya forum ini bisa menjadi satu tempat untuk bertukar gagasan, ide, dan pandangan terkait upaya untuk memperkuat identitas nasional, sebuah upaya kita untuk re-inventing Indonesian identity.
Sejak inisiasi dibentuknya Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia, atau IAAI tahun 1964 dan selanjutnya berdiri kelompok kerja yang diketuai RP Soejono, di tahun 1965, menurut Menbud RI, IAAI telah memberikan sumbangsih yang nyata dalam perkembangan ilmu arkeologi di Indonesia.
“Ini merupakan bagian yang sangat penting untuk mengukuhkan posisi Indonesia dalam peta paleoantropologi, misalnya temuan-temuan fosil manusia purba, lukisan prasejarah, dan bukti-bukti empiris yang lain. Juga dengan itu kita mempunyai tanggung jawab yang besar untuk memimpin dan mendefinisikan ulang narasi evolusi global sebagai peradaban tertua di dunia,” jelas Menteri Fadli.
Menutup sambutannya, Menbud RI menyampaikan kepada 284 peserta kongres yang merupakan arkeolog di Indonesia bahwa Kementerian Kebudayaan ingin ke depannya lebih banyak mendapatkan masukan agar bagaimana kekayaan-kekayaan cagar budaya yang luar biasa ini bisa menjadi bagian dari sumbangan Indonesia bagi peradaban dunia.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sambutan dan paparan dari Dr Lestari Moerdijat, selaku Wakil Ketua MPR RI. Kegiatan Kongres tahun ini adalah untuk ke-16 kalinya, sejak IAAI berdiri tahun 1976 atau kongres kedua setelah berubah nama dari Ikatan menjadi Perkumpulan, pada tahun 2018. Perhelatan Kongres dan Seminar Nasional pada kali ini mendapatkan dukungan penuh dari Kementerian Kebudayaan dan juga LPDP melalui Dana Indonesiana.
(rilis)