Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon (keempat dari kanan) usai menyaksikan film ‘1 Kakak 7 Ponakan’ (SaKaTuPu) di Studio Premiere XXI, Lippo Mall Kemang, Jakarta, Jumat (28/3/2025). (Foto: Kementerian Kebudayaan)
JRMEDIA.ID — Menteri Kebudayaan (Menbud) RI Fadli Zon mengungkap film ‘1 Kakak 7 Ponakan’ (SaKaTuPu) yang diadaptasi dari tayangan sinetron di tahun 1990-an tersebut sangat mencirikan budaya orang-orang Indonesia.
“Kita itu selalu guyub karena keluarga, berbeda dengan di negara-negara Barat yang hidupnya individualis dan sendiri-sendiri. Tapi kalau kita lihat di dalam film ini, di dalam cerita ini sangat khas sekali budaya Indonesia,” ujar Menbud Fadli Zon melalui keterangannya, Sabtu (29/3/2025).
Fadli Zon menganggap film berdurasi 131 menit ini memiliki banyak pesan moral positif dengan latar kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya. Bagaimana keluarga saling membantu satu sama lain. “Terutama anak yang tertua yang biasanya menjadi tulang punggung keluarga,” jelasnya.
Fadli Zon menyaksikan film tersebut atas undangan dari produser Manoj Samtani dan jajaran produser film Sakatupu lainnya dalam skrining privat yang berlangsung di Studio Premiere XXI, Lippo Mall Kemang, Jakarta, Jumat (28/3/2025).
Adapun film ini menceritakan sosok Hendarmoko, seorang arsitek muda yang sedang berjuang mengejar kariernya selepas menyelesaikan kuliahnya. Ketika kesempatan untuk mewujudkan impiannya datang, dirinya dihadapkan dengan kejadian kematian mendadak kakak-kakaknya.
Hendarmoko pun harus memilih antara karier, hubungan asmaranya, atau menjadi sosok ayah, mengurus kehidupan keponakan-keponakannya yang kini tanpa orang tua.
Tayang perdana dalam Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF), 7 Desember 2024, film bertemakan generasi ‘sandwich’, hasil adaptasi sinetron klasik karya Arswendo Atmowiloto ini dianggap menggambarkan dengan tepat kondisi yang terjadi di Indonesia sekarang ini.
“Menurut saya filmnya sangat bagus. Banyak memberikan pesan moral yang bagus untuk menjadi film keluarga yang bisa ditonton oleh semua umur. Mudah-mudahan semakin banyak masyarakat yang menonton film ini, soalnya sangat menyentuh,” kata Fadli Zon.
Pada kesempatan yang sama, Fadli Zon juga menyinggung perayaan Hari Film Nasional yang akan diperingati pada 30 Maret. Menurutnya, itu perlu diapresiasi dan dirayakan, salah satunya dengan banyak menghadiri kegiatan nonton bersama (nobar) film-film yang diproduksi oleh negeri sendiri.
Sebab, Fadli Zon menjelaskan bahwa film memuat semua aspek kebudayaan, mulai dari akting, musik, seni suara, hingga sejarah. “Film adalah platform yang paling efektif sebagai sebuah ekspresi budaya sangatlah penting karena ditonton untuk menyadarkan dan memberikan informasi dan juga keterangan yang benar,” jelasnya.
Fadli Zon menyampaikan, hingga akhir November 2024, jumlah penonton film Indonesia telah mencapai 72 juta orang. Menurutnya saat ini merupakan momentum yang tepat untuk memajukan industri film di Indonesia.
Oleh karena itu Fadli Zon berharap ke depan akan lebih banyak film biopik yang dibuat berdasarkan kisah sosok-sosok inspiratif yang dimiliki oleh Indonesia. “Film biopik mampu menjadi media untuk menggali nilai-nilai kepahlawanan dan inspirasi, sekaligus memperkaya wawasan budaya di Indonesia bagi masyarakat dan khususnya generasi muda,” pungkas dia.
(rilis/end)
Komentar