JRMEDIA.ID — Makhluk-makhluk raksasa dari zaman purba seperti dinosaurus, harimau bertaring tajam, dan mammoth berbulu tebal selalu berhasil memikat imajinasi kita. Mereka mengundang rasa penasaran tentang bagaimana rupa bumi ketika para raksasa ini masih berjalan di atasnya.
Namun, yang seringkali mengejutkan adalah fakta bahwa tidak semua makhluk prasejarah itu hidup di masa yang sangat jauh. Sebagai contoh, meskipun manusia tidak pernah melihat dinosaurus hidup secara langsung, mammoth berbulu justru masih berkeliaran di beberapa bagian dunia ketika para firaun Mesir sedang membangun Piramida Giza.
Dilansir dari newscientist.com, selama ribuan tahun, mammoth berbulu hidup berdampingan dengan manusia, yang memanfaatkannya sebagai sumber makanan. Tidak hanya itu, manusia zaman dahulu juga menggunakan tulang dan gading mammoth untuk membuat tempat tinggal, alat, hingga karya seni.
Namun, sekitar akhir zaman Pleistosen, mammoth mulai menghilang dari daratan utama. Populasi terakhir di Pulau St. Paul punah sekitar 6.400 tahun lalu, disusul oleh punahnya populasi di Pulau Wrangel sekitar 4.000 tahun lalu — berabad-abad setelah pembangunan Piramida Giza.
Menurut paleontolog Rusia, Severtsov di Moskow mamut berbulu bertahan hidup hingga piramida dibangun di Mesir 4000 tahun lalu. Dalam salah satu penemuan fosil paling luar biasa abad ini, Andrei Sher dan rekan-rekannya di Institut Morfologi dan Ekologi Hewan Evolusioner telah menemukan gigi dan tulang mamut ‘modern’.
Meskipun kata mammoth berarti raksasa, mammoth modern adalah kurcaci. Mereka bertahan hidup selama itu karena permukaan laut naik, mengisolasi mereka di salah satu pulau paling suram dan terpencil di Bumi– Pulau Wrangel, di Samudra Arktik sekitar 200 kilometer dari pantai
timur laut Siberia.
Di antara sisa-sisa fosil, Sher dan rekan-rekannya juga menemukan tulang mammoth yang berukuran normal. Hewan-hewan ini berusia 12.000 tahun dan hidup sezaman dengan mammoth di daratan yang berdekatan, sehingga para peneliti percaya bahwa mereka adalah populasi leluhur. Pada saat itu, Samudra Arktik membeku, sehingga hewan-hewan tersebut masih dapat mencapai pulau tersebut. Namun ketika periode glasial terakhir berakhir, es yang mencair menyebabkan naiknya permukaan laut, sehingga mammoth terdampar.
Hasilnya adalah contoh klasik dwarfisme pulau, seperti yang dicontohkan oleh kuda nil kerdil di Siprus dan gajah kerdil di Malta, yang tingginya tidak lebih dari satu meter. Namun, mamut Wrangel tidak sekecil
ini saat mereka punah. Tingginya sekitar 180 sentimeter dan beratnya sekitar 2 ton, sedangkan mamut Eropa (Mammuthus primigenius) biasanya tingginya 320 sentimeter dan beratnya 6 ton.
Para ahli paleontologi telah lama berdebat tentang bagaimana dan mengapa mamalia zaman es raksasa
punah, dan khususnya tentang peran pemburu manusia dalam kepunahan tersebut. Sekitar 12.000 tahun yang lalu, manusia modern menempati seluruh Benua Eurasia termasuk wilayah paling terpencil di timur laut Siberia. Mungkin bukan suatu kebetulan bahwa waktu pendudukan ini bertepatan dengan kepunahan besar mamalia zaman es yang lebih besar seperti mammoth berbulu dan badak berbulu. Akan tetapi, manusia tampaknya tidak mencapai Wrangel sampai sekitar 3000 tahun yang lalu, ketika mammoth sudah punah.
Mammoth berbulu merupakan leluhur dari gajah Asia modern dan pertama kali muncul pada zaman Pleistosen. Mereka adalah salah satu hewan purba yang paling banyak diteliti oleh para ilmuwan. Penemuan bangkai yang membeku di Siberia dan Alaska, serta lukisan-lukisan gua yang menggambarkan mereka, memberikan banyak petunjuk tentang bentuk fisik dan perilaku mammoth ini.
Ukuran mereka sebanding dengan gajah Afrika masa kini, dan mereka sangat cocok hidup di iklim dingin Zaman Es. Tubuh mereka dilapisi dua lapis bulu tebal, serta memiliki telinga dan ekor yang pendek untuk mencegah radang dingin. Sama seperti gajah saat ini, mereka adalah herbivora yang mengonsumsi rumput dan semak-semak sebagai makanan utama.
Kapan Mereka Punah?
Selama ribuan tahun, mammoth berbulu hidup berdampingan dengan manusia, yang memanfaatkannya sebagai sumber makanan. Tidak hanya itu, manusia zaman dahulu juga menggunakan tulang dan gading mammoth untuk membuat tempat tinggal, alat, hingga karya seni. Namun, sekitar akhir zaman Pleistosen, mammoth mulai menghilang dari daratan utama. Populasi terakhir di Pulau St. Paul punah sekitar 6.400 tahun lalu, disusul oleh punahnya populasi di Pulau Wrangel sekitar 4.000 tahun lalu — berabad-abad setelah pembangunan Piramida Giza.
Penyebab pasti punahnya mammoth berbulu masih menjadi misteri. Beberapa ilmuwan menduga perubahan iklim dan masuknya manusia ke wilayah mereka menjadi penyebab utama. Sementara itu, teori lain menyebutkan bahwa kepunahan ini bisa jadi akibat dampak asteroid atau komet yang menciptakan kondisi mirip kiamat dan menghapus banyak spesies dari muka bumi.
Kisah Terakhir Mammoth di Pulau Wrangel
Meskipun mammoth telah lenyap dari sebagian besar wilayah bumi, Pulau Wrangel — sebuah pulau terpencil di Samudra Arktik yang kini menjadi bagian dari Rusia — menjadi tempat terakhir mammoth berbulu bertahan hidup hingga sekitar 4.000 tahun yang lalu. Pulau ini terpisah dari daratan utama sekitar 12.000 tahun lalu dan membawa serta sejumlah kecil populasi mammoth.
Saat manusia mulai membangun peradaban canggih dan struktur megah seperti Piramida Giza, mammoth-mammoth terakhir masih bertahan hidup dengan susah payah di pulau dingin dan terisolasi itu. Kini, meskipun manusia belum berhasil menjaga kelestarian keanekaragaman hayati yang ada, ironi terjadi ketika upaya untuk menghidupkan kembali mammoth berbulu lewat teknologi kloning genetik atau “de-extinction” justru menjadi ambisi di bidang ilmu pengetahuan modern.
(dmr)
Komentar