Ilustrasi artis yang menunjukkan sebuah bintang jauh menghilang dari pandangan saat tertutupi oleh Uranus — sebuah peristiwa yang dikenal sebagai okultasi bintang oleh planet. (Foto: NASA/Advanced Concepts Laboratory).
JRMEDIA.ID — Pada tanggal 7 April 2025, terjadi sebuah peristiwa langit langka yang memikat perhatian para ilmuwan antariksa: planet Uranus melintas tepat di depan sebuah bintang yang sangat jauh, menciptakan fenomena yang disebut okultasi bintang. Peristiwa ini hanya dapat disaksikan dari sebagian wilayah Amerika Utara bagian barat, namun dampaknya dirasakan secara global oleh komunitas astronomi.
Momen ini bukan sekadar pertunjukan alam yang memesona. Bagi para peneliti NASA, ini adalah peluang langka untuk menyelami atmosfer misterius Uranus—planet es raksasa yang selama lebih dari tiga dekade belum dipelajari secara mendalam seperti ini.
Membaca Cahaya Bintang untuk Menyingkap Atmosfer Uranus
Dengan mengamati perubahan cahaya bintang saat perlahan-lahan menghilang dan muncul kembali di balik Uranus, para ilmuwan berhasil mengukur suhu, tekanan, dan kepadatan atmosfer Uranus secara rinci. Teknik ini menghasilkan kurva cahaya, yang menjadi alat penting untuk memahami lapisan atas atmosfer planet tersebut.
Dikutip dari scitechdaily.com William Saunders, ilmuwan planet di NASA Langley Research Center, menjelaskan bahwa atmosfer Uranus membelokkan cahaya bintang ketika okultasi terjadi. “Dari perubahan cahaya tersebut, kita bisa menyusun kurva cahaya dan mengukur sifat atmosfer pada berbagai lapisan ketinggian,” ujarnya.
Upaya Kolaboratif Global
Peristiwa langka ini hanya berlangsung sekitar satu jam dan membutuhkan kerja sama lintas negara. Tim NASA memimpin kolaborasi internasional yang melibatkan lebih dari 30 astronom dan 18 observatorium profesional. Observasi simultan ini memungkinkan data dikumpulkan dari berbagai sudut pandang, meningkatkan akurasi analisis.
“Ini adalah kali pertama kami melakukan kerja sama sebesar ini untuk mengamati okultasi,” tambah Saunders. Hasilnya, tidak hanya atmosfer Uranus yang berhasil dipetakan, tetapi juga posisi orbit dan sistem cincinnya yang rumit.
Uji Coba Sukses Sebelumnya Bantu Prediksi Akurat
Sebelum peristiwa utama pada April 2025, NASA dan mitra-mitranya melakukan uji coba pada November 2024 dengan mengamati okultasi serupa di Asia. Observasi dari Jepang, Thailand, dan India membantu mengkalibrasi instrumen dan menyempurnakan prediksi waktu peristiwa April hingga presisi dalam hitungan detik.
Mengapa Uranus Disebut Raksasa Es
Uranus terletak hampir 3 miliar kilometer dari Bumi dan terdiri dari atmosfer yang didominasi hidrogen dan helium, tanpa permukaan padat. Namun, lapisan bawahnya dipenuhi campuran air, amonia, dan metana dalam bentuk cair atau es, yang menjadikannya digolongkan sebagai ice giant atau planet raksasa es. Uranus juga memiliki 13 cincin yang terbuat dari es dan debu, meski tak sepopuler cincin Saturnus.
Menuju Okultasi Brilian Berikutnya di Tahun 2031
Dalam enam tahun ke depan, Uranus diperkirakan akan melintasi beberapa bintang redup lainnya. Namun, NASA sudah menargetkan okultasi besar berikutnya yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2031, dengan bintang yang lebih terang. Pengamatan dari udara bahkan dari luar angkasa direncanakan untuk peristiwa tersebut.
Fenomena okultasi Uranus pada April 2025 membuka babak baru dalam studi planet es raksasa. Dengan kolaborasi ilmuwan global dan teknologi observasi mutakhir, manusia semakin dekat untuk memahami lebih jauh dunia yang jauh namun penting ini.
(dmr).
Komentar