Perusahaan teknologi Meta. (Foto: Meta)
JRMEDIA.ID — Perusahaan teknologi Meta diprediksi akan menghasilkan pendapatan antara 2 miliar dolar AS atau sekitar Rp 33 triliun hingga 3 miliar dolar AS atau Rp 49,5 triliun pada tahun 2025 dari produk kecerdasan buatan (AI) generatifnya.
Dilansir dari Tech Crunch pada Jumat (2/5/2025), berdasarkan dokumen pengadilan yang dibuka baru-baru ini, diperkirakan Meta juga akan menerima pendapatan jangka panjang yakni antara 460 miliar dolar AS (Rp 7,5 kuadriliun) hingga 1,4 triliun dolar AS (Rp 23 kuadriliun) pada tahun 2035.
Dokumen tersebut diajukan oleh pengacara para penulis buku yang menggugat Meta karena diduga menggunakan karya mereka secara tidak sah untuk melatih AI milik perusahaan.
Meski dokumen itu tidak menjelaskan secara rinci apa yang dimaksud Meta dengan “produk AI generatif,” publik sudah mengetahui bahwa raksasa teknologi ini memperoleh pendapatan dari berbagai jenis layanan AI generatif-nya.
Meta memiliki perjanjian bagi hasil dengan sejumlah perusahaan yang menyimpan kumpulan model open-source Llama miliknya. Perusahaan tersebut juga baru-baru ini meluncurkan API untuk menyesuaikan dan mengevaluasi model Llama.
Menurut CEO Meta, Mark Zuckerberg, dalam laporan pendapatan kuartal pertama, Meta AI, asisten virtual milik Meta, nantinya dapat menampilkan iklan dan menawarkan opsi berlangganan dengan fitur tambahan.
Dokumen pengadilan tersebut juga mengungkap bahwa Meta menghabiskan dana sangat besar untuk pengembangan produk AI-nya.
Pada tahun 2024, anggaran untuk divisi “GenAI” Meta melebihi 900 juta dolar AS (Rp 14,8 triliun) dan diperkirakan akan melampaui 1 miliar dolar AS (Rp 16,5 triliun) tahun 2025 ini. Angka tersebut belum termasuk infrastruktur yang diperlukan untuk menjalankan dan melatih model AI.
Sebelumnya, Meta menyatakan akan mengalokasikan dana sebesar 60 miliar dolar AS (Rp 990 triliun) hingga 80 miliar (Rp1,4 kuadriliun) untuk belanja modal pada 2025, terutama untuk pembangunan pusat data skala besar.
Anggaran tersebut bisa saja lebih tinggi jika Meta memutuskan untuk membeli lisensi dari para penulis yang menggugat. Sebagai contoh, pada 2023 Meta sempat mempertimbangkan untuk mengeluarkan lebih dari 200 juta dolar AS (Rp 3,3 triliun) guna memperoleh data pelatihan untuk Llama, termasuk 100 juta dolar AS (Rp 1,6 triliun) khusus untuk pembelian buku.
Namun, menurut dokumen tersebut, perusahaan akhirnya memilih jalur lain, yaitu mengunduh ebook bajakan secara besar-besaran. Sementara itu, juru bicara Meta menepis tuduhan para penulis buku tersebut.
“Penggunaan wajar atas materi berhak cipta sangat penting dalam hal ini. Kami tidak setuju dengan klaim para penulis, dan catatan lengkap menunjukkan cerita yang berbeda. Kami akan terus membela diri secara tegas dan melindungi pengembangan AI generatif demi manfaat bersama,” kata juru bicara Meta menegaskan.
(ant/end)
Komentar