Opinion
Beranda » Berita » Considering Wasatiyyat Islam and Tiong Hua for Global Collaboration

Considering Wasatiyyat Islam and Tiong Hua for Global Collaboration

Chairman of World Peace Forum/Chairman of CDCC, Prof. Dr. M. Din Syamsuddin.

Oleh Prof. Dr. M. Din Syamsuddin *)

Dalam beberapa tahun terakhir, kita sangat prihatin dengan krisis peradaban modern yang menunjukkan kekacauan global, ketidakpastian, dan kerusakan global yang akumulatif, diperparah oleh konflik berkepanjangan, kemiskinan, buta huruf, ketidakadilan, diskriminasi, perang saudara, dan berbagai bentuk kekerasan di tingkat nasional, regional dan global.

Pandangan Barat tentang kemanusiaan dan peradaban modern telah menemukan titik baliknya tercermin pada kekecewaan masyarakat yang meluas. Oleh karena itu, peradaban Islam dan Asia sudah waktunya untuk diusulkan sebagai paradigma alternatif untuk menemukan kembali nilai perdamaian, keadilan, dan koeksistensi. Keduanya berakar pada moderasi, harmoni, dan saling menghormati.

Wasatiyyat Islam merupakan ajaran inti Islam dan fondasi karakter Muslim sebagai Ummatan Wasathan, sebuah masyarakat yang adil, sejahtera, damai, inklusif, harmonis, berdasarkan ajaran dan moralitas Islam. Sementara itu, peradaban Tiong Hua yang sudah berabad-abad mewarnai pemikiran beragam bangsa di Asia diyakini dapat menjadi instrumen penyeimbang bagi perkembangan dunia yang lebih harmonis.

Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) dan Cheng Ho Multi Culture Education Trust berkomitmen untuk melanjutkan kemitraan –yang telah dijalin sejak 2006– demi memajukan visi perdamaian bersama ini melalui the World Peace Forum (WPF-Forum Perdamaian Dunia), yang merupakan forum dwitahunan untuk dialog antarpemimpin dunia, pembuat kebijakan, pemimpin agama, akademisi, aktifis perdamaian, insan media, perempuan, pemuda, dan pebisnis.

Mubazir dalam Kesenangan

WPF telah sukses dilaksanakan untuk kedelapan kalinya di bawah semangat “One Humanity, One Destiny, One Responsibility” yang menjadi tema umum WPF. Forum-Forum berikutnya membahas beberapa tema: Addressing Facets of Violence: What Can be Done? (2008); Mainstreaming Peace Education: Developing Strategy, Policy, and Networking (2010); Consolidating Multicultural Democracy (2012); Quest for Peace: Lessons of Conflicts Resolutions (2014); Countering Violent Extremism: Human Dignity, Global Injustice, and Collective Responsibility (2016); The Middle Path for the World Civilizations (2018); and Human Fraternity and the Middle Path as the Foundation for a Peaceful, Just, and Prosperous World (2022).

WPF ke-9 sebagai platform pemersatu bagi dialog peradaban, kerja sama regional, dan pembangunan perdamaian global yang menjembatani nilai-nilai Islam dan Tiong Hua akan diselengarakan di Hotel Grand Sahid, Jakarta pada 9-11 November 2025, akan dibuka oleh Presiden RI Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, mengambil tema ““Considering Wasatiyyat and Tionghua for Global Collaboration” yang diangkat dari kesadaran kolektif untuk menemukan nilai-nilai alternatif yang terdapat dalam ajaran Islam Wasatiyyat dan pemikiran Tiong Hua untuk perdamaian, keadilan, dan koeksistensi, sebagai kontribusi ajaran Islam dan kearifan Asia untuk dunia.

Setelah pembukaan, WPF ke-9 akan dilanjutkan dengan World Leaders’ Panel yang diisi oleh beberapa tokoh pemimpin dunia, mantan pemimpin dunia, dan pemimpin organisasi internasional. Sesi ini akan diisi oleh: Dato’ Seri Utama Anwar Ibrahim (Perdana Menteri Malaysia), Mr. Yoshihiko Noda (Perdana Menteri ke 62 Jepang), Madame Atifete Jahjaga (Presiden ke 4 Republik Kosovo), Mr. Rustam Minnikhanov (Presiden Republik Tatarstan, Federasi Rusia), Dr. M. Jusuf Kalla (Wakil Presiden ke 10 dan 12 Republik Indonesia), Mr. Wan Huning (Chairman the Chinese People’s Political Consultative Conference (CPPCC), dan Sheikh Dr. Mohammed al-Issa (Sekretaris Jenderal the Muslim World League).

Sementara forum pleno akan mengangkat 3 tema penting yakni: (1) The Worldview of Wasatiyyat Islam & Tioung Hua, (2) Significance of Wasatiyyat and Tionghua for Global Civilization, (3) Viable Global Collaboration based on Wasatiyyat and Tionghua.

Selain itu, juga akan diselenggarakan 2 sesi khusus: (1) Meeting of the Advisory Council of Global Fulcrum of Wasatiyyat Islam dan (2) The Global Forum of Muslim Women (GFMM). Global Fulcrum of Wasatiyyat Islam ini diresmikan pada WPF ke 8 di Solo pada bulan November 2022 dan bertujuan untuk memperkuat konsep Wasatiyyat Islam dan mengimplementasikannya secara global. Sedangkan GFMM akan diselenggarakan pertama kalinya sebagai kerjasama pemikiran dan aksi pemimpin perempuan dari berbagai negara.

Saat Hanya Bertanya MBG, Wartawan CNN “Diusir” dari Istana

Berbeda dengan WPF terdahulu, dalam WPF ke-9 ini akan ada penyampaian Peace Messages dari para Peraih Nobel Perdamaian (the Nobel Peace Laureates), yang sudah diundang, yakni Mr. Jose Ramos Horta (Presiden Republik Demokrat Timor Leste dan Peraih Nobel Perdamaian tahun 1996), Mr. Kailash Satyarthi (Peraih Nobel Perdamaian tahun 2014), dan Mrs. Maria Ressa (Peraih Nobel Perdamaian tahun 2021). Sesi dengan para Peraih Nobel Perdamaian ini diharapkan akan menjadi momen untuk memperbarui dan memperkuat komitmen semua pihak, terutama peserta dan komunitas WPF, untuk memperjuangkan dunia yang adil, damai, harmonis dan sejahtera.

WPF ke-9 ini diselenggarakan oleh Centre for Dialogue and Cooperation among Civilization and dan Cheng Ho Multi Culture Education Trust. CDCC adalah organisasi internasional yang didirikan pada Juni 2007 oleh para akademisi dan aktivis dari berbagai latar belakang.

Visi CDCC adalah untuk menyelenggarakan dialog dan kerja sama antarperadaban secara luas. Di antara tujuan-tujuan utamanya adalah: meningkatkan kesadaran akan pemikiran sosial, ekonomi, politik, budaya, dan filsafat; menyoroti kontribusi intelektual manusia dan dampaknya terhadap peradaban manusia; serta memperdalam dialog dan membina kerja sama antar berbagai aliran peradaban. Chairman of CDCC adalah Prof. Dr. M. Din Syamsuddin dan Direktur Eksekutif CDCC adalah Ahmad Fuad Fanani, MAIR, Ph.D.

Cheng Ho Multi Culture Education Trust didirikan di Kuala Lumpur pada tahun 2005 oleh Maha Guru Chin Kung, seorang guru Buddha tradisi Mahayana, dan Tan Sri Lee Kim Yew, seorang pemimpin bisnis Malaysia yang disegani. Tan Sri Lee Kim Yew terinspirasi oleh Laksamana Cheng Ho (Zheng He), pelaut, penjelajah, diplomat Tiongkok, dan Laksamana Armada Dinasti Ming, yang telah memimpin pelayaran mengelilingi dunia dari tahun 1405 hingga 1433. Salah satu aspirasi Laksamana Cheng Ho adalah menyatukan agama-agama dalam damai dan harmoni untuk mencapai cita-cita agung dunia yang berintegritas dan harmonis.

Penyelenggaraan WPF ke-9 ini juga didukung oleh Menteri Kebudayaan Dr. Fadli Zon, SS, M.Sc., Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI) Ahmad Muzani, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed., dan Gubernur DKI Jakarta, Dr. Ir. Pramono Anung, MM. Mereka diacarakan menyampaikan sambutan pesan perdamaian.

Ini Kumandang Cinta

Mengenai peserta, sampai hari ini tercatat 70 peserta internasional yang sudah konfirmasi hadir dari 18 negara (Inggris (United Kingdom), Jepang, Italia, China, Belanda, Australia, Kosovo, Iran, Bosnia Herzegovina, Mesir, Malaysia, Korea Selatan, Afrika Selatan, Syiria, Lebanon, Libya, Uni Emirat Arab, Maroko). Sedangkan dari dalam negeri, hingga hari ini sudah tercatat 100 peserta dari berbagai latar belakang organisasi dan profesi (Daftar peserta terlampir).

Jakarta, 13 Oktober 2025

*) Chairman of World Peace Forum/Chairman of CDCC

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *