Opinion
Beranda » Berita » Berharap Ada Jarak yang Jauh dengan Amalnya

Berharap Ada Jarak yang Jauh dengan Amalnya

M Rubiul Yatim. (Foto: Istimewa)

Oleh Muhamad Rubiul Yatim *)

Setiap manusia di dunia ini pasti beraktivitas atau beramal dalam menjalani hidupnya. Setiap manusia di muka bumi ini pasti mengisi hari-harinya dengan berbagai perilaku dan perbuatan.

Ada yang beraktivitas dengan melakukan amal baik, tapi banyak juga yang melakukan amal buruk. Ada yang mengerjakan amal saleh, tapi tidak sedikit yang mengerjakan amal maksiat.

Amal baik dan amal saleh terbagi dua jenis, yaitu amal baik terkait dengan Allah (hablum minallah) dan amal baik terkait dengan manusia (hablum minannas). Amal baik terkait dengan Allah (hablum minallah) contohnya adalah shalat 5 waktu, puasa wajib & sunah, membayar zakat dan berinfak, pergi haji dan umrah, berzikir lisan, membaca Al-Quran, dan ibadah ritual lainnya.

Adapun amal baik terkait dengan manusia (hablum minannas) contohnya adalah berbagi/bersedekah kepada sesama, menghilangkan kesulitan orang lain, memuliakan tamu, memberi makan orang miskin, menyantuni anak yatim, mengajak kebaikan dan mencegah kemunkaran (amar maruf dan nahi munkar), dan lain sebagainya.

Ketika AI Lebih Setia dari Manusia

Demikian pula halnya dengan amal buruk dan amal maksiat, juga terbagi dua jenis yaitu amal buruk terkait dengan Allah (hablum minallah) dan amal buruk terkait dengan manusia (hablum minannas).

Amal buruk terkait dengan Allah (hablum minallah) contohnya adalah menyekutukan/syirik kepada Allah, meninggalkan/malas shalat 5 waktu, meninggalkan puasa, tidak membayar zakat, tidak mau pergi haji dan umrah, mengabaikan Al-Quran, jarang berzikir lisan, dan meninggalkan ibadah ritual lainnya.

Adapun amal buruk terkait dengan manusia (hablum minannas) contohnya adalah durhaka terhadap orang tua, membunuh tanpa alasan yang benar, berzina/LGBT, berjudi, makan riba, korupsi/mencuri/merampok harta milik orang lain, bersaksi dan bersumpah palsu, minum khomr dan mengkonsumsi narkoba, memfitnah/bergunjing, sombong/takabbur, sewenang-wenang/zalim, dan lain sebagainya.

Orang yang rutin melakukan amal baik dan amal saleh biasanya akan senang dan cinta atas amal-amal baik dan salehnya. Begitu pula sebaliknya, orang yang rutin melakukan amal buruk dan amal maksiat, maka biasanya akan senang dan bangga atas amal-amal buruk dan maksiatnya.

Namun tahukah kita bahwa semua amal yang dikerjakan oleh manusia, entah itu yang bernilai baik atau buruk, saleh atau maksiat, maka kelak di padang mahsyar akan mendapatkan balasan di sisi Allah Azza wa Jalla.

Pengelolaan Perbatasan Myanmar-China, Antara Koordinasi dan Ketegangan

Nanti di kemudian hari, semua amal baik dan amal saleh yang telah dikerjakan oleh manusia akan dibawa dan ditunjukkan ke hadapan dirinya sendiri dan ke hadapan Allah Azza wa Jalla. Begitu pula dengan amal buruk dan amal maksiat yang telah dikerjakan, akan dibawa dan ditunjukkan ke hadapan dirinya sendiri dan ke hadapan Allah Azza wa Jalla.

Maka pada saat itu, para pelaku amal buruk dan amal maksiat sangat terkejut, malu dan takut atas berbagai amal perbuatan yang telah dikerjakannya dulu ketika hidup di dunia. Para pendosa yang tadinya bangga, cinta, dan senang dengan amal buruk dan amal maksiatnya, maka di padang mahsyar sangat berharap ada jarak yang jauh antara dirinya dengan amal buruk dan maksiatnya itu.

Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah Azza wa Jalla, di dalam surat Ali Imran (3) ayat ke 30:

{ یَوۡمَ تَجِدُ كُلُّ نَفۡسࣲ مَّا عَمِلَتۡ مِنۡ خَیۡرࣲ مُّحۡضَرࣰا وَمَا عَمِلَتۡ مِن سُوۤءࣲ تَوَدُّ لَوۡ أَنَّ بَیۡنَهَا وَبَیۡنَهُۥۤ أَمَدَۢا بَعِیدࣰاۗ وَیُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفۡسَهُۥۗ وَٱللَّهُ رَءُوفُۢ بِٱلۡعِبَادِ }

Artinya: “(Ingatlah) pada hari (ketika) setiap jiwa mendapatkan (balasan) atas kebajikan yang telah dikerjakan dihadapkan kepadanya, (begitu juga balasan) atas kejahatan yang telah dia kerjakan. Dia berharap sekiranya ada jarak yang jauh antara dia dengan (hari) itu. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri (siksa)-Nya. Allah Maha Penyayang terhadap hamba-hamba-Nya.”

Jamal dan Pesona Akronim Jogja

Ulama besar, Imam Hasan al-Bashri ra memberikan penjelasan tentang ayat ini, dengan berkata: “setiap mereka menginginkan agar tidak bertemu dengan amalan mereka sama sekali, dan itu menjadi harapan mereka. Adapun di dunia mereka begitu menikmati dosa yang ia perbuat.”

Ternyata, perbuatannya dulu di dunia, yaitu di antaranya menyekutukan/syirik kepada Allah, meninggalkan/malas shalat 5 waktu, meninggalkan puasa, tidak membayar zakat dan berinfak, tidak melaksanakan haji dan umrah, mengabaikan Al-Quran, jarang berzikir lisan, durhaka terhadap orang tua, membunuh tanpa alasan yang benar, berzina/LGBT, berjudi, makan riba, korupsi/mencuri/merampok harta milik orang lain, bersaksi dan bersumpah palsu, minum khomr dan mengkonsumsi narkoba, memfitnah/bergunjing, sombong/takabbur, sewenang-wenang/zalim, dan perilaku buruk serta maksiat lainnya, semuanya ingin dihindari sejauh- jauhnya.

Setiap pelakunya sangat berharap pada hari pengadilan di padang mahsyar itu, ada jarak yang jauh antara dirinya dengan amal-amalnya itu.

Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala sengaja memberitahu kejadian yang memalukan ini di padang mahsyar kelak, agar kita dapat berubah saat ini juga, agar kita segera bertaubat, dan agar kita sadar atas kerugian yang akan menimpa disana. Info menghinakan yang akan terjadi di padang mahsyar itu justru memberi peluang dan kesempatan agar kita mau melakukan perubahan sebelum terlambat.

Ayo segera beralih dan bertukar posisi menjadi orang yang selalu senang dan cinta untuk mengerjakan amal baik dan amal saleh. Tanamkan dalam hati pada diri yang lemah dan lalai ini untuk selalu membenci dan menjauhi semua amal buruk dan amal maksiat.

Semoga Allah Azza wa Jalla memberi hidayah, petunjuk, dan bimbingannya kepada kita semua. Agar kelak tidak perlu ada serangan balik dari amal buruk dan amal maksiat yang diperbuat di dunia ini yang membuat sangat berharap ada jarak yang jauh antara dirinya dengan amalnya.

Renungilah Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut ini:

{ مَّنۡ عَمِلَ صَـٰلِحࣰا فَلِنَفۡسِهِۦۖ وَمَنۡ أَسَاۤءَ فَعَلَیۡهَاۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّـٰمࣲ لِّلۡعَبِیدِ }

Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan kebajikan, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat, maka (dosanya) tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba-(Nya).” (QS Fuṣṣilat (41) ayat 46)

Jakarta, 24 Juli 2025

*) Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Pancasila Jakarta dan Anggota Korps Mubaligh Khairu Ummah.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *