News
Beranda » Berita » AFTECH dan Privy Ungkap Strategi Jitu Bangun Kepercayaan Digital Nasabah

AFTECH dan Privy Ungkap Strategi Jitu Bangun Kepercayaan Digital Nasabah

Platform pinjaman daring PinjamanGo resmi menggandeng Privy, penyelenggara sertifikasi elektronik (PSrE) berinduk, untuk mempercepat proses verifikasi dan onboarding nasabah secara digital. (Foto: Istimewa)

JRMEDIA.ID — Layanan perbankan digital di Indonesia terus berkembang pesat, seiring perubahan perilaku nasabah yang menuntut akses cepat, praktis, dan terintegrasi. Namun, di balik kemudahan ini, risiko kejahatan siber seperti identity fraud semakin mengintai, terlebih dengan maraknya penyalahgunaan teknologi deepfake AI.

Menyikapi hal ini, Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) bersama Privy menggelar Online Fintech Talk bertema “Fighting Digital Fraud: Membangun Digital Trust Layanan Perbankan melalui Inovasi Identitas Digital” pada Rabu (6/8/2025).

Kegiatan ini diikuti lebih dari 80 peserta dari sektor perbankan, fintech, teknologi, dan masyarakat umum. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran terhadap ancaman fraud digital, mengedukasi peran teknologi identitas digital dan AI dalam pencegahannya, serta mendorong kolaborasi antara regulator, perbankan, dan fintech untuk membangun digital trust yang kokoh.

Dalam beberapa tahun terakhir, inovasi layanan perbankan digital telah menjangkau berbagai kebutuhan masyarakat: mulai dari pembukaan rekening, proses onboarding, pembayaran, transaksi e-commerce, pengajuan pinjaman, investasi, hingga pengelolaan keuangan. Semua ini dapat dilakukan secara mudah, cepat, dan dari mana saja.

Namun di tengah pertumbuhan ini, literasi masyarakat belum sepenuhnya memadai. Data menunjukkan Indeks Literasi Keuangan Indonesia 2025 baru mencapai 66,46 persen, sedangkan Indeks Literasi Digital 2024 berada di angka 3,78 dari skala 5.

Kemendagri RI dan BP Tapera Teken Kerja Sama untuk Bantu Pegawai Berpenghasilan Rendah Dapat Hunian Layak

Rendahnya literasi ini membuat masyarakat lebih rentan menjadi korban kejahatan siber. Laporan IBM Cost of Data Breach 2024 bahkan mengungkap bahwa kerugian rata-rata akibat pencurian data pribadi secara global mencapai USD 4,9 juta, naik 10 persen dibanding tahun sebelumnya.

Salah satu titik kritis dalam keamanan layanan perbankan adalah proses onboarding. Identity fraud kerap menjadi pintu masuk bagi kejahatan lain karena pelaku dapat menggunakan identitas palsu untuk mengakses layanan keuangan secara ilegal.

Wakil Sekretaris Jenderal II AFTECH, Saat Prihartono, menegaskan pentingnya keseimbangan antara inovasi layanan dan keamanan digital. Hal ini untuk menjawab kebutuhan dan gaya hidup masyarakat, tetapi kemudahan akses harus diimbangi dengan sistem keamanan dan infrastruktur TI yang andal. Proses e-KYC merupakan pintu gerbang layanan digital sekaligus titik rawan terjadinya identity fraud, terlebih dengan ancaman baru seperti penyalahgunaan teknologi deepfake AI.

“Strategi anti-fraud yang komprehensif dan pemanfaatan AI untuk deteksi anomali secara real-time menjadi kunci menjaga digital trust di sektor jasa keuangan,” ujar Saat melalui keterangan tertulis, Sabtu (9/8/2025).

Menurut Saat, identitas digital menjadi salah satu solusi strategis. Dengan memverifikasi identitas individu atau perangkat secara akurat, teknologi ini dapat melindungi data pribadi, menjamin legalitas transaksi, dan memperkuat kepercayaan nasabah.

Marsekal Pertama TNI AU Fajar ‘Red Wolf’ Adriyanto Gugur dalam Kecelakaan Pesawat di Bogor

CEO Privy, Marshall Pribadi menjelaskan, identitas digital yang dikelola Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE) seperti Privy memiliki peran vital dalam transaksi digital.

“Dengan memanfaatkan identitas digital, industri jasa keuangan dapat menyederhanakan proses onboarding nasabah tanpa mengorbankan keamanan. Selain memberikan kenyamanan bagi nasabah, industri keuangan juga tidak perlu khawatir karena setiap sertifikat elektronik memiliki certificate warranty sebagai mitigasi risiko bagi jasa keuangan,” jelas Marshall.

Dari sisi perbankan, Chief Digital & Analytics Officer Bank Danamon, Andreas Kurniawan, membagikan strategi banknya dalam menghadapi ancaman digital yang semakin rumit. Dalam menghadapi kompleksitas ancaman digital, Bank Danamon menggabungkan teknologi seperti e-KYC, liveness detection, dan OCR dengan pendekatan verifikasi berlapis.

“PSrE membantu kami memastikan bahwa identitas nasabah benar-benar valid. Hasilnya, proses onboarding menjadi jauh lebih efisien, real-time, dan risiko fraud pun menurun drastis. Sinergi dengan berbagai pihak menjadi kunci agar industri perbankan bisa terus beradaptasi dengan cepatnya perkembangan teknologi,” jelas Andreas.

Sebagai agenda rutin, Fintech Talk diinisiasi AFTECH untuk memperkuat komunikasi dan berbagi wawasan terkait isu serta inovasi di industri fintech. AFTECH menegaskan komitmennya untuk memprioritaskan keamanan, kemudahan, inklusi keuangan, dan perlindungan konsumen.

HUT Kemerdekaan RI, Tarif Transjakarta Hingga MRT Hanya Rp 80!

Asosiasi ini juga memanfaatkan teknologi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi nasional, dengan target pertumbuhan hingga 8 persen di masa mendatang. Dengan semakin kompleksnya ancaman digital, langkah kolaboratif seperti ini diharapkan dapat menjadi pondasi kuat bagi ekosistem keuangan digital yang aman, terpercaya, dan inklusif di Indonesia.

(***)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *