Academia
Beranda » Berita » Kemendikdasmen Perkuat Integrasi Literasi dan Pendidikan Vokasi untuk Ekosistem Pangan Nasional

Kemendikdasmen Perkuat Integrasi Literasi dan Pendidikan Vokasi untuk Ekosistem Pangan Nasional

Gelar Wicara bertema “Integrasi Literasi dan Pendidikan Vokasi dalam Ekosistem Pangan Nasional” yang diselenggarakan di Graha Lantai 3, Kemendikdasmen, Jakarta, pada Selasa (14/10/2025). (Foto: BKHM Setjen Kemendikdasmen)

JRMEDIA.ID — Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI mendorong integrasi antara literasi dan pendidikan vokasi untuk memperkuat ekosistem pangan nasional yang berkelanjutan. Kolaborasi lintas unit kerja ini melibatkan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Badan Pangan Nasional, serta dunia usaha dan dunia industri (DUDI), dengan menghadirkan para kepala sekolah SMK percontohan dan guru vokasi.

Gelar Wicara bertema “Integrasi Literasi dan Pendidikan Vokasi dalam Ekosistem Pangan Nasional” tersebut diselenggarakan di Graha Lantai 3, Kemendikdasmen, Jakarta, pada Selasa (14/10/2025).

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafidz Muksin, sebagai narasumber utama, memaparkan bahwa Badan Bahasa memiliki peran strategis dalam mengembangkan dan memartabatkan bahasa Indonesia, melindungi bahasa daerah, serta memperkuat budaya literasi masyarakat.

“Literasi tidak sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga memaknai. Bahasa Indonesia yang baik dan benar menuntun kita pada cara berpikir yang logis dan berpengetahuan,” ujar Hafidz.

Hafidz juga menyampaikan terkait Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 2 Tahun 2025 tentang Pedoman Pengawasan Penggunaan Bahasa Indonesia yang menjadi dasar penguatan penggunaan bahasa di ruang publik dan lembaga pendidikan. Selain itu, ia menyampaikan kabar membanggakan bahwa bahasa Indonesia kini telah diakui sebagai bahasa resmi dalam Sidang Umum UNESCO.

Daftar 20 Kampus Terbaik di Indonesia Versi UniRank 2025: Kampus Swasta Bersaing dengan Kampus Negeri

“Alhamdulillah, tahun ini bahasa Indonesia akan untuk pertama kalinya dikumandangkan dalam sidang umum UNESCO. Ini kebanggaan dan momentum penting bagi bangsa Indonesia,” ujar Hafidz.

Inovasi Literasi dan Penguatan Kompetensi Guru dan Siswa

Badan Bahasa juga terus berinovasi untuk meningkatkan kemampuan literasi masyarakat, di antaranya melalui penyempurnaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang kini memuat lebih dari 208.000 kosakata, penerapan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD), dan pelaksanaan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI).

Hafidz turut menjelaskan bahwa Program UKBI kini menjadi instrumen penting untuk mengukur kemampuan literasi guru dan siswa. Dalam program SMK Pusat Keunggulan (PK), setiap guru diwajibkan memiliki sertifikat UKBI sebagai bukti kompetensi berbahasa. “Dengan UKBI, kita dapat memastikan guru dan siswa memiliki kemampuan komunikasi yang baik, yang menjadi dasar dalam berpikir kritis dan produktif,” jelas dia.

Menutup kegiatan, Hafidz berharap agar sinergi antara literasi dan pendidikan vokasi dapat terus diperluas, menjadi gerakan nasional yang melibatkan seluruh pihak termasuk pemerintah, industri, sekolah, dan masyarakat.

Ini Daftar 20 Kampus Terbaik di Indonesia Versi THE WUR 2026, Posisi 2 Ditempati Kampus Swasta

“Integrasi literasi dan pendidikan vokasi bukan hanya program, tetapi gerakan bersama untuk menyiapkan generasi muda yang literat, terampil, dan mandiri. Dengan SDM yang unggul dan berkarakter, Indonesia akan mampu mewujudkan kedaulatan pangan dan kesejahteraan bangsa,” pungkas Hafidz.

Kolaborasi Lintas Sektor: Kunci Ketahanan Pangan

Kegiatan tersebut juga menghadirkan narasumber dari Badan Pangan Nasional yakni Direktur Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan, Rinna Syawal, yang turut menekankan pentingnya literasi pangan bagi generasi muda di era transformasi industri pangan.

“Kita semua sejak lahir sudah makan, tapi belum tentu memahami makna dari pangan itu sendiri. Literasi pangan penting agar kita tidak sekadar makan, tetapi juga memahami manfaat dan nilai dari apa yang kita konsumsi,” kata Rinna.

Menurut Rinna, generasi muda memiliki peran strategis sebagai sumber daya manusia produktif, agen perubahan, penggerak inovasi, dan pemimpin masa depan. Namun, tantangan terbesar saat ini adalah pola konsumsi yang tidak sehat dan rendahnya kesadaran terhadap pangan lokal.

Mendagri, Menteri PU, dan Menag Bersinergi Dukung Penyelenggaraan Infrastruktur Pendidikan Pesantren

“Generasi muda kita, terutama Gen Z dan Gen Alpha, cenderung mengonsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak. Akibatnya, kini muncul kasus diabetes dan obesitas bahkan pada anak usia 10 hingga 14 tahun. Ini menjadi alarm penting bagi dunia pendidikan untuk memperkuat edukasi tentang pangan sehat,” jelas Rinna.

Sementara itu, Direktur PT Banjarnegara Agro Mandiri, Trisila Juwantara, sebagai pelaku industri yang berkomitmen terhadap pengembangan produk pangan berbasis potensi lokal. Menyampaikan bahwa pentingnya sinergi antara industri dan lembaga pendidikan dalam menyiapkan SDM vokasi yang siap kerja dan siap berwirausaha di sektor pangan.

“Kami sudah lama bermitra dengan SMK untuk mendukung pembelajaran berbasis industri. Melalui teaching factory, siswa tidak hanya belajar teori, tapi juga praktik langsung mengolah produk lokal seperti nanas atau salak menjadi produk olahan bernilai jual tinggi. Kuncinya adalah keterhubungan antara pendidikan dan pasar,” jelas Trisila Juwantara.

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan pameran karya siswa SMK percontohan di bidang kuliner dan pengolahan pangan yang menjadi simbol nyata kolaborasi antara dunia pendidikan, bahasa, dan industri dalam membangun ekosistem pangan nasional yang berkelanjutan.

(***)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *