Academia
Beranda » Berita » Generasi Literat Ajak Santri Qothrotul Falah Taklukkan AI

Generasi Literat Ajak Santri Qothrotul Falah Taklukkan AI

Para Trainer Generasi Literat, para guru, dan santriwan-santriwati berfoto setelah kegiatan selesai. (Foto: Istimewa)

JRMEDIA.ID — Di tengah derasnya arus digital, teknologi kecerdasan buatan (AI) telah menjadi bagian dari keseharian generasi muda. Namun, di balik manfaatnya yang besar, tersimpan pula potensi bahaya yang mengintai, mulai dari penyalahgunaan informasi, plagiarisme, hingga ketergantungan emosional pada chatbot.

Menyadari hal itu, Generasi Literat bergerak cepat, bukan sekadar mengedukasi, tetapi membekali Gen Z dengan kemampuan untuk menjadi “tuan” atas AI, bukan sebaliknya.

Sabtu, 9 Agustus 2025, di GOR Pondok Pesantren Qothrotul Falah, Lebak, Banten, riuh tawa dan rasa penasaran menyatu. Sebanyak 200 santriwan dan santriwati, para guru, dan tim Generasi Literat berkumpul dalam Workshop Literasi AI yang dikemas santai namun penuh makna.

Kegiatan ini menjadi bagian dari program Literasi Kesehatan Mental, salah satu kegiatan rutin Generasi Literat, yang kali ini berfokus untuk mengajak pelajar menggunakan AI secara bijak.

Workshop ini tak sekadar memaparkan definisi AI. Dengan pendekatan yang ramah remaja, para peserta diajak mengenal berbagai jenis AI, manfaatnya dalam prose belajar siswa, bagaimana AI bisa berpotensi menghasilan cuan, serta risiko yang bisa muncul jika digunakan tanpa kendali.

Numerasi Fondasi Membangun Bangsa, Kemendikdasmen Luncurkan Gerakan Numerasi Nasional

“Banyak remaja yang pakai AI untuk tugas sekolah atau sekadar hiburan, tapi ada juga yang mulai menggunakannya sebagai teman curhat, bahkan menganggap AI sebagai pacar. Ini penting dipahami guru dan orang tua agar kita bisa mengarahkan, bukan melarang,” kata Kak Mila Muzakkar, trainer yang memandu workshop.

Mila Muzakkar menjelaskan tentang Literasi AI. (Foto: Istimewa)

Suasana menjadi hidup ketika Kak Mila melontarkan pertanyaan-pertanyaan sederhana namun menggelitik, seperti “Kalian biasanya pakai Chat GPT untuk apa?” atau “Pernah nggak sih curhat sama AI?” Setiap santri yang berani menjawab atau aktif berdiskusi langsung mendapat snack sebagai apresiasi. Interaksi ringan ini membuat suasana cair, sambil secara diam-diam mengumpulkan informasi tentang perilaku digital para santri.

Yang tak kalah menarik, santri juga diajak bermain games tebak-tebakan untuk membedakan yang mana bahasa manusia dan yang mana bahasa AI. Para guru tak mau kalah. Mereka juga ikut dalam games ini. Suasana pun menjadi ramai dan heboh.

Generasi Literat sadar, literasi AI kini sama pentingnya dengan literasi baca-tulis. Edukasi semacam ini menjadi benteng awal agar remaja tidak terjebak pada dampak negatif AI, mulai dari kecanduan, penyebaran hoaks, hingga risiko manipulasi algoritma. Apalagi, perkembangan AI yang begitu cepat membuat jarak antara pengguna dan penyalahgunaan kian tipis.

Yang membuat kegiatan ini istimewa adalah semangat swadaya yang menyertainya. Dengan semangat volunterisme, Generasi Literat memanfaatkan jejaring komunitas, relawan, dan kemauan untuk berbagi demi menciptakan perubahan nyata.

Kemendikdasmen Kolaborasi dengan Mitra Pendidikan Realisasikan RPJMN Wajib 1 Tahun PAUD

Dari Pondok Pesantren Qothrotul Falah, pesan penting ini mengalir: AI bukanlah musuh, melainkan alat yang harus dikendalikan. Dan generasi muda, dengan bimbingan yang tepat, bisa menjadi pengendali itu. Melalui literasi AI, Generasi Literat berharap setiap anak muda mampu memanfaatkan teknologi untuk belajar, produktif dan kreatif berkarya, dan membangun masa depan yang lebih cerah.

(Penulis: Shafna Aulia/Pengurus Bidang Public Relation Generasi Literat, Editor: Mila Muzakkar)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *